Monday, December 19, 2011

Semua Karena Minyak


Ini bukan ngomongin minyak bumi yang mengakibatkan ontran-ontran di Timur Tengah. Bukan juga tentang minyak sinyongnyong yang membuat Pak Joko meninggalkan istri tuanya. Dongeng ini tentang minyak yang ada di dapur emak-emak dan eyang-eyang kita, jauh hari sebelum menjelma menjadi minyak jelantah ikan asin yang akhirnya di-reuse untuk bikin sambal. >,<

Monday, July 4, 2011

Bertamasya ke Negeri Permen

Pic from http://www.fanpop.com/

<<Saya masih pengen nulis tentang yang manis-manis nih! ^.^’ >>

Sepertinya tamasya ke pabrik permen itu impian banyak anak kecil ya? Sampai mbah Roald Dahl membuat kisah “Charlie and the Chocolate Factory” yang kemudian difilmkan oleh Hollywood itu. Memetik permen dari pohon, minum cokelat dari sungai, dihibur oleh para pekerja pabrik permen yang berwujud imut-imut dan berkostum warna-warni. Ahh..mungkin begitulah gambaran anak kecil mengenai surga.. 

Thursday, May 5, 2011

Kemana larinya babi?

Beberapa waktu lalu aku sempet tidak sengaja nonton tayangan fear factor, tidak sengaja karena memang tidak meniatkan diri untuk nonton. Nah, seperti biasa di bagian stunt uji mentalnya dilakukan dengan cara memakan hidangan yang ‘out-of-the-box’. Peserta diminta mengambil undian yang isinya adalah hidangan yang harus dihabiskan. Kali ini hidangan tersebut benar – benar ‘out-of-box’: babi.
Tidak sekedar daging babi, tapi adalah bagian kepala dan jeroan babi: hati, lidah, kuping dan moncong babi. Aku yang nonton saja sampai merinding. Pesertanya, yang memang bagi mereka daging babi boleh dimakan, ternyata juga beberapa menyerah tidak mampu menghabiskan porsi hidangan mereka.
Beberapa hari kemudian, aku mendapat email dari seorang rekan. Isinya cuma 3 kata: "kemana larinya babi?" dengan satu attachment ini :
Hahaha, jadi kaget juga, ternyata babi tidak cuma sebatas jadi sosis, ham dan makanan out-of-the-box seperti di fear factor tadi. Jadi buat rekan – rekan yang tidak diperbolehkan mengkonsumsi babi dalam bentuk apa pun, semoga artikel ini berguna J

Wednesday, March 16, 2011

Cokelat 101, From Beans to Bars, episode 1: Where it begins

Artikel ini adalah pembuka dari cerita panjang cokelat. Meskipun cokelat lebih kita kenal sebagai bentuk batangannya seperti kebanyakan di pasaran tetapi cokelat bermula dari biji yang mungkin kebanyakan orang belum pernah melihat wujudnya, yang disebut sebagai biji kakao.
Artikel ini sekaligus juga menjadi flash back ku kerja praktek di PTPN IX Balong Beji, Jepara, Jawa Tengah beberapa tahun yang lalu. Bila dilihat dari peta maka letaknya sekira pas di bagian kepala Jawa Tengah. Yup, Indonesia merupakan salah satu penghasil biji kakao terbesar di dunia, kalau tidak salah malah nomor dua setelah Pantai Gading, kebanyakan penghasil biji kakao ini adalah PT Perkebunan Nusantara yang masih termasuk dalam keluarga besar BUMN.
Jadi mari dimulai, cerita panjang perjalanan cokelat dari asalnya, perkebunan kakao.

Cokelat 101: Prolog


Beberapa waktu yang lalu, despite latar belakang risetku yang di dunia persusuan, aku dapat kesempatan untuk mempelajari cokelat secara lebih dalam. Yah, memang cuma tiga hari sih, tapi lumayan juga bisa pulang membawa oleh - oleh praline dan teddy bear cokelat, hehehe.
Artikel ini sengaja aku tulis sebagai pengingat tiga hari bersekolah cokelat itu. Soalnya karena memang bukan bidangku di cokelat, jadi kemungkinan besar bisa hilang tak berbekas bila terlalu lama di simpan di dalam kepala. Karena riwayat hidup cokelat sendiri panjang, maka Cokelat 101 ini akan aku bagi menjadi beberapa bagian, bagi yang masih bertahan membacanya silakan diturut sesuai episodenya yak. Tulisan ini sendiri adalah pembuka dari beberapa episode berikutnya.
Sekali lagi mohon dijadikan catatan bahwa cokelat adalah bukan bidang utamaku, jadi bila ada salah - salah, mohon bisa dibenarkan :)
Dimulai dari kata cokelat sendiri, selama seri artikel ini akan selalu ada huruf e yang nyempil. Ini untuk membedakan cokelat yang makanan dari coklat yang warna. Tokh bahasa importnya cokelat disebut sebagai chocolate dan bukan brown.

Wednesday, February 23, 2011

Manis (Tanpa Manja) Group


Ini postingan jaman tahun tikus dari blog lama. Saya re-post untuk Dongeng Pangan ini ya..
***

Pada suatu hari di negeri antah-berantah, beredarlah pesan melalui email dan milis yang berisi peringatan untuk tidak mengkonsumsi sejumlah minuman yang tercantum dalam daftar. Alasannya karena minuman tersebut mengandung SIKLOMAT, suatu bahan kimia yang dipercaya dapat menyebabkan penyakit lupus. Maksud dari pesan itu sepertinya baik: agar konsumen di Indonesia lebih cermat dan waspada dalam memilih produk yang akan mereka konsumsi. Namun penyampaian pesan2 semacam itu acap kali mengandung informasi yang kurang tepat dan malah bisa menyesatkan di kemudian hari.

Pertama, bahan yang dimaksud adalah siklamat (atau cyclamate dalam bahasa Inggris). Bukan siklomat ya.. Kalau siklomat itu temannya siklamit. Mereka berdua membantu kerja Dukun. Contoh kalimat: “Dukun, Klomat, Klamit membaca mantera.” :p

Siklamat ini bukan barang baru kok. Siklamat dan temannya yang sudah lebih ngartis, sakarin, adalah contoh pemanis buatan yang memiliki intensitas kemanisan lebih tinggi dibandingkan dengan gula sukrosa.

Dongeng tentang Cronobacter sakazakii spp

Sedikit intro: saya berkenalan dengan Cronobacter spp pertama kali pada musim panas 2008 di Jerman. Kebetulan, waktu itu saya yang ketiban sampur untuk melaksanakan proyek Cronobacter ini. Gara-garanya teman saya masih harus ambil modul di Jerman untuk 3 minggu, padahal proyeknya harus segera dimulai karena... ah sudahlah, panjang. To make the story short, berkenalanlah saya dengan Cronobacter itu via papers yang dikirimkan (calon, waktu itu) co-supervisor thesis saya.

Topik thesis saya adalah bagian dari penelitian doktoral seorang calon doktor (ya iyalah!) yang kemudian belakangan saya ketahui punya supervisor yang namanya Carol Iversen, yang sedang penelitian dan masuk dalam tim Cronobacter-nya Fanning di UCD, Dublin. Jadi bisa dibilang, saya pernah ada di piramida terbawahnya Iversen. Bagi yang familiar dengan paper-paper terkait Cronobacter, pasti sudah kenyang dengan nama ini.