Wednesday, February 12, 2014

Eh…Teknologi Pangan Bukan Tata Boga

 

Jaman pembekalan KKN, kakak angkatanku memberikan masukan begini “kalau ada yang tanya dari fakultas apa jawab aja langung teknologi pangan, gak usah pake embel2 fakultas teknologi pertanian” …kenapa? “karena kalo ada teknologi pertaniannya, nanti masyarakat sana akan tanya-tanya begini “kok daun singkong saya banyak ulatnya ya?”, “daun tembakau saya kok kurang lebar ya”….eh “kok pohon mangga saya berbuah nangka?” (eaaaaa itu sih ajaib), belum lagi ada yang nanya “gimana cara numbuhin pohon uang”…halaaaaah
shocked
Jawaban “teknologi pangan” kadang-kadang menjadi jebakan batman juga,kenapa?karena kalau ibu2 sudah minta tolong membuatkan bolu ultah, mungkin akan langsung zhooooong, loh emang kenapa?ok, membuat bolu sih masih nyangkut lah ya, tapi kalau sudah diminta merias bolu, mungkin akan keteteran disana. Belum lagi komen begini, “wah tekpang sih mesti pintar masak ya”….eh bisa benar bisa tidak, karena teknologi pangan bukan ilmu Tata Boga, bukan juga belajar jadi Cheff, meski mungkin mata kuliah tata boga ada di daftar mata kuliah (pilihan).
Lah, teknologi pangan belajar apa dong?????
Ok, awal-awal kuliah memang direcoki dengan mata kuliah dasar seperti kimia, fisika dan matematika…silakan ngantuk-ngantuk deh di mata kuliah itu.
Tapi itu menjadi dasar (namanya juga mata kuliah dasar) untuk perkuliahan berikutnya.
Selanjutnya bakal direcoki dengan kimia pangan, disini akan belajar tentang bahan pangan secara mendalam dan kandungan apa yang terdapat dalam bahan pangan.
Kalau belajar kimia pangan maka harus belajar analisa hasil pangan, disini belajar ttg metode2 analisa dari bahan pangan dan tentu saja finish product, misalnya: analisa karbohidrat, protein, lemak dan sodara-sodaranya.
Apa lagi?
Oh banyak, Disana juga akan belajar Mikrobiologi pangan, nah disini lebih mendalam mempelajari apa sih mikrobia2 yang berpengaruh dalam makanan dan bagaimana memanfaatkan mereka….silakan bersahabat dengan Acetobacter xylinum, berkenalan dengan E.Coli, dan silakan bermain-main ketika belajar membuat yoghurt, tempe, kecap, dan makanan-makanan fermentasi lainnya.
microbes group illustration
Ada juga pelajaran Biokimia, eh….ini mata kuliah 5 SKS, belajar ttg enzim, DNA, dan semacamnya (bingung akeeeh je).
Eh ada juga pelajaran tentang Satuan Operational, maka disini kuatkan hitungannya, bakal ketemu dengan hitung2an yang njelimet. Pada mata kuliah ini juga mempelajari alat-alat pengolahan makan, misalnya mesin pengering, pompa, UHT machine, dan alat-alat skala industry lainnya.
Semester-semester berikutnya, adalah perkuliahan yang menyenangkan, karena akan belajar ekonomi teknik, perancangan pabrik, pengembangan produk, dan evaluasi sensory.
Pada ekonomi teknik, akan belajar tentang produk dilihat dari segi ekonomi. Disini akan focus pada perhitungan bahan baku, Bahan kemas, biaya produksi, biaya pemasaran, distibusi dan perhitungan laba hingga perhitungan jika mendirikan industri kapan kah Break Event Pointnya akan tercapai. See??
Setelah ekotek (ekonomi teknik)nya matang, dan anda berkesimpulan bahwa produk yang anda buat menguntungkan silakan belajar perancangan pabrik.
Perancangan Pabrik, disini belajar berimajinasi jika anda ingin mendirikan sebuah pabrik, pikirkan bahan apa yang akan anda produksi, bagaimana prosesnya, bagaimana finish goodnya, bagaimana penyimpanannya. Setelah itu semua silakan membuat design pabriknya. Dan bangunlah pabrik anda (eh klo kuliah sih gak sampai bangun pabrik ya…..)
Sampai disini selesai?oh tidak…
Belajar evaluasi sensori juga loh….apa tuh evaluasi sensori. Nah disini belajar tentang cara pengujian makanan dari segi organoleptik, apa saja metode-metodenya, kapan sebaiknya pengujian dilakukan dan siapa saja panelisnya (panelis: orang yang akan mencicip dan melakukan penilaian), tiap metode memiliki karakter panelis yang berbeda, tergantung tujuan apa yang akan di capai. Untuk pemilihan panelis sendiri juga gak gampang, ada ilmunya juga, karena itu ilmu ini dipadukan juga aspek-aspek psikologis. Untuk analisa hasil juga belajar statistik (huh……), beberapa industry bahkan membuat departemen sendiri untuk evaluasi sensory ini, dan ilmunya akan semakin kompleks lagi, karena disana akan mempelajari bagaimana design tempat uji sensory yang baik dan benar, bagaimana treatment terhadap panelis dan sample dan bagaimana menghadapi lingkungan pengujian yang tidak mendukung (misalnya: pengujian dilakukan di terminal, mall atau pangkalan taksi). Eh tapi paling enak jadi panelis sih, kerjaannya Cuma makan-makan-makaaaaaaaaan…minum-minum-minuuuuuuuuuuuuuum
Eat
Jurusan Teknologi Pangan itu udah banyak di berbagai universitas seperti  UGM ,IPB, UPH, SGU, Unpad (itu yang banyak saya temui di perusahaan saya pernah bekerja), sepertinya universitas2 lainnya juga banyak yang membuka jurusan ini, walo menurut sejarah mbahnya teknologi pangan itu dari UGM, yang kemudian melahirkan Teknologi Pangan dan Gizi di IPB, dan universitas2 lain pun membuka jurusan yang sama.
 
Jadi, kalo ada yang komen “ooh teknologi pangan, pinter masak dong!!!”….eh koprol!!!!!

Monday, February 10, 2014

Black Tea: Benarkah Inferior?

Hari itu, saya punya janji dengan bos baru dari jepang untuk melakukan tea tasting khusus untuk indonesian tea powder. Setelah mengumpulkan macam-macam teh ekstrak powder dari berbagai supplier, akhirnya kami putuskan hanya melakukan tea tasting untuk green tea dan black tea saja, itupun hanya untuk supplier dari indonesia saja, supplier dari negara lain terpaksa di parkir (mobil kali yeee).

Kali ini, si bos membawa sampel tea dari jepang (sebagai target), dan kami harus mencari sampel tea dengan taste yang sama yang di produksi di indonesia. Dan tentu saja dari pagi hingga siang menjelang evaluasi, saya harus mensterilkan mulut ini dari makanan-makanan aneh yang dapat mempengaruhi penilaian.Di sela-sela penyiapan sampel, saya menanyakan tentang keunggulan masing-masing teh di setiap negara yang pernah dia kunjungi. Dia bercerita bahwa di jepang sebenarnya hanya ada dua tipe teh yaitu Green tea dan matcha tea, sedangkan di china tipenya teh dengan semi fermentasi (oksidasi enzimatis) yaitu oolong tea yang karakternya dekat dengan tipe teh dari indonesia yaitu black tea.Dia mulai bertanya apakah saya pernah mencoba teh dari jepang? Tentu saja. Bagaimana rasanya? Yang pasti agak fishy (sometimes like seawed), greeny,woody dan terkadang seperti bau tanah setelah hujan dan tentu saja tingkat sepetnya lebih rendah dari pada tipe teh dari indonesia. dan untuk tipe matcha ada rasa salty,sweet, umami, greeny dan creamy.

Sunday, February 9, 2014

Tea Story

Mumpung lagi pengen nulis, berikut tolong di baca baik-baik dongeng tea di bawah ini yang merupakan hasil perenungan eh hasil training tea akhir February 2013 (hihihihi lama banget yaaaa?!!!)

Tea Party

Perjalanan Panjang Teh Di Indonesia

Di indonesia, teh memiliki sejarah panjang yang merupakan warisan dari jaman penjajahan belanda. Teh mulai masuk ke indonesia pada tahun 1686 dibawa oleh Andreas Cleyer, seorang pegawai VOC berkebangsaan jerman. Si Mr. Andres ini ternyata seorang pemerhati tumbuh-tumbuhan, seorang dokter dan juga pengajar. Si Mr. Andreas membawa biji teh asal jepang ke pulau jawa dan kemudian menanamnya sebagai tanaman hias di jekardaaaaah (maksud ane jakarta mpok). Teh sendiri baru mendapat perhatian pada tahun 1728 dengan mendatangkan biji teh secara besar-besaran dari cina. Namun usaha ini kurang berhasil. Pada thn 1824 Dr. Van Siebold (ahli bedah tentara hindia belanda) mengenalkan usaha pembudidayaan teh dengan bibit asal jepang. Teh masuk ke dalam koleksi tanaman kebun raya bogor pada tahun 1826. Sedangkan usaha perkebunan teh pertama sekali di indonesia di pelopori oleh Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson (xixixixi…sumppeee ngetiknya susah byangets) pada thn 1828 dan kemudian menjadi komoditas yang menguntungkan bagi pemerintahan belanda. Pada era gubernur Van Den Bosch teh harus ditanam rakyat melalui politik ‘Tanam Paksa’ (“culture stelsel”) yang dimulai tahun 1830.