Monday, February 10, 2014

Black Tea: Benarkah Inferior?

Hari itu, saya punya janji dengan bos baru dari jepang untuk melakukan tea tasting khusus untuk indonesian tea powder. Setelah mengumpulkan macam-macam teh ekstrak powder dari berbagai supplier, akhirnya kami putuskan hanya melakukan tea tasting untuk green tea dan black tea saja, itupun hanya untuk supplier dari indonesia saja, supplier dari negara lain terpaksa di parkir (mobil kali yeee).

Kali ini, si bos membawa sampel tea dari jepang (sebagai target), dan kami harus mencari sampel tea dengan taste yang sama yang di produksi di indonesia. Dan tentu saja dari pagi hingga siang menjelang evaluasi, saya harus mensterilkan mulut ini dari makanan-makanan aneh yang dapat mempengaruhi penilaian.Di sela-sela penyiapan sampel, saya menanyakan tentang keunggulan masing-masing teh di setiap negara yang pernah dia kunjungi. Dia bercerita bahwa di jepang sebenarnya hanya ada dua tipe teh yaitu Green tea dan matcha tea, sedangkan di china tipenya teh dengan semi fermentasi (oksidasi enzimatis) yaitu oolong tea yang karakternya dekat dengan tipe teh dari indonesia yaitu black tea.Dia mulai bertanya apakah saya pernah mencoba teh dari jepang? Tentu saja. Bagaimana rasanya? Yang pasti agak fishy (sometimes like seawed), greeny,woody dan terkadang seperti bau tanah setelah hujan dan tentu saja tingkat sepetnya lebih rendah dari pada tipe teh dari indonesia. dan untuk tipe matcha ada rasa salty,sweet, umami, greeny dan creamy.



Untuk tipe green tea, kami setuju memilih salah satu kandidat sampel untuk menggantikan teh target yg dia bawa dari jepang. Tapi untuk tipe black tea kami sedikit berbeda pendapat, pilihan saya berbeda dengan pilihannya, saya memilih tipe teh dengan tingkat sepet yg lebih tinggi dari yang dia pilih. Dia bertanya, kenapa saya tidak memilih tipe yg sama dengan dia, “karena saya mencari sepetnya, dan saya tidak menemukan sepet pada pilihan anda”. Dia tampak berpikir, dan kemudian berkata “Ya, karakter peminum teh di indonesia adalah tidak suka sepet tapi rasa sepet adalah rasa yang di cari setiap meminum teh, dijepang aftertaste sepat bukanlah yang utama, tapi yg terpenting adalah body teh, dan keseimbangan antara rasa sweet dan green”.

Kami mulai bercerita banyak hal, tentu saja tentang tea, mulai dari keunggulan green tea, matcha kemudian oolong. Penjelasan dia tentu saja tidak jauh berbeda dengan apa yg kita ketahui selama ini. Bahwa green tea kaya akan katekin dalam bentuk: Epigallocathecin gallate (EGCG), Epogallocathecin (EGC), Epicathecin (EC), Epicathecin Gallate (ECG). Yang kemudian kita kenal dengan antioksidan.

Lalu Bagaimana dengan Black Tea, tidak kah Black Tea mengandung senyawa-senyawa tersebut?
Jadi Ingat Iklan Minuman Teh Walini:' Peko Black Tea, Bukan Green Tea!',

why black tea?Mari Berdongeng.......................

Pada Proses pembuatan Black Tea, ada yg disebut dengan proses oksidasi enzimatis (hehehee....bahasane berat....padahal mau dongeng ya), proses ini mengubah katekin menjadi theaflavin dan thearubigin karena usaha dari enzim polifenol oksidasi dan oksigen. Kedua senyawa ini memang kalah populer dibandingkan dengan katekin, ini mungkin disebabkan karena sebagian besar publikasi tentang teh berasal dari jepang dan china yang banyak memproduksi teh jenis green tea tadi. Kesan segar dalam seduhan teh adalah kerjasama antara theaflavin, thearubigin dan kafein (dalam teh juga mengandung kafein loh, bukan hanya kopi).Theaflavin merupakan antioksidan alami yang sangat potensial. Mempunyai tetapan laju penangkapan radikal superoksida lebih tinggi dibandingkan dengan dengan EGCG (Epigallocatechin gallate) yang selama ini seakan dianggap sebagai rajanya polifenol teh.Publikasi lain menyatakan bahwa aktivitas antioksidan theaflavin adalah lebih kuat daripada vitamin E. dan propil gallate (PG) di dalam sistim eritrosit kelinci. Lebih lanjut publikasi tersebut menerangkan bahwa aktivitas theaflavins lebih efektif dibanding L(+)-ascorbic Acid atau Vitamin C pada percobaan peroksidasi hati tikus (Sepertinya suntik Vitamin C oleh para model bisa diganti dengan Suntik Black Tea).

Mengingat theaflavin merupakan senyawa kimia yang sangat potensial, sejumlah perusahaan teh dunia telah mulai menjadikan theaflavin sebagai salah satu produk andalannya serta telah mempatenkannya. Salah satu paten terkini yang berisi proses pembuatan theaflavin adalah US Patent No. 7,157,493 B2 yang diterbitkan oleh USPTO pada tanggal 2 Januari 2007. 

Lalu Bagaimana Dengan Indonesia?Lagi Sibuk “Misuh-misuh”. Gak jelas bapak-bapak dan ibu-ibu dipemerintahan sana..........


"Ditulis pada 13 November 2011"

No comments:

Post a Comment